logo blog

Selasa, 09 Januari 2018

In memoriam Tsunami Aceh



26 Desember 2004
In memoriam Tsunami Aceh
Pagi Minggu waktu itu semua berjalan normal seperti pagi Minggu biasa nya.
Yang membedakan jika biasanya di pagi Minggu aku suka malas-malasan mandi pagi, tapi pagi itu sejak jam 6.30 pagi setelah pulang dari kegiatan mabit acara LDK aku langsung mandi.
Ya memang kebetulan malamnya aku bersama teman-teman akhawat kampus IAIN mengikuti acara mabit (kalau tdk salah ingat nama acaranya: Malam Muhasabah Aktivis Dakwah Kampus).
Malam itu setelah selesai materi, disela obrolan santai menjelang tidur kami begitu saja mentadabburi tafsir QS 'Abasa tentang bagaimana situasi saat hari kiamat terjadi. Bagaimana kacaunya huru hara yang akan terjadi saat terompet pertama dibunyikan. Manusia akan berhamburan panik, bahkan lupa kepada orang-orang yang selama didunia sangat disayangi.
Lalu setelah obrolan singkat itu. Kami pun segera tidur. Karena hrs bangun lagi utk shalat lail berjamaah nanti.
Setelah selesai shalat subuh, dilanjutkan membaca al-ma'tsurat lalu masing-masing kami pun bubar barisan pulang menuju kosan atau rumah masing-masing.
Suasana pagi itu rasanya begitu damai dan indah sekali. Udaranya tidak dingin dan tidak juga panas. Matahari sudah mulai menyembul menyambut pagi.
Sambil bersenandung kecil aku pun menyalakan sepeda motor untuk pulang ke kosan tercinta.
Tiba di kosan, ternyata teman sekamarku, kak @jelli sudah membelikan 2 bungkus nasi gurih utk sarapan pagi. MasyaAllah kk ku ini memang the best lah... tapi saat mau makan,  kata kak jeli:  sana mandi dulu krn udah dari kmrn sore kamu gak mandi 
hehehe kalau soal kebersihan kk ku ini memang luar biasa.
Baiklah aku pun bergegas mandi dulu.
Selesai mandi aku lihat kak jeli sedang diluar, maka aku pun segera memakai mukena utk shalat Dhuha. Baru saja mau mengangkat tangan utk takbiratul ihram, tiba-tiba lantai tempat ku berdiri bergetar hebat.
Allahu Akbar...gempa....
Daerah kami memang sering terjadi gempa. Jadi biasanya aku tdk terlalu panik. Tapi kali ini gempa nya subhanallah sangat kuat sekali. Aku sampai kesulitan mencapai pintu kamar utk berlari keluar.
Masih berbalut mukena akupun berlari ke halaman. Di halaman kami semua berpelukan dan menangis dan menjerit ketakutan melihat barang2 yang jatuh di halaman, pot bunga, tiang jemuran dan bahkan parabola milik ibu kosan juga jatuh ke halaman.
Tidak lama kemudian, gempa berhenti. Kami dengan masih gemetar akhirnya balik kembali ke kamar masing-masing utk melihat kondisinya. Alhamdulillah dikamar ku tdk begitu banyak barang yg berjatuhan. Tapi kamar teman2 yg lain ada yg jatuh dispenser, magic com dan gelas2.
Tdk membuang waktu aku pun segera melanjutkan shalat Dhuha.
Selesai dhuha, perutku mulai lapar. Akupun membuka mukena dan melempar nya begitu saja di atas tempat tidur.
Tapi didepan kamar kudengar banyak yg lagi ngobrol 2, maka aku pun membuka pintu kamar ikut mendengarkan.
Trnyata teman2 sedang melanjutkan lagi potong2 sayur utk acara masak2 bersama siang ini.
Hmm...menarik, seolah tdk terjadi apa-apa.
Sambil potong2 sayur, kak Yasmin tetangga sebelah kamarku, memanggilku,
"Opi... kesinilah...
"Iya kak?"
"Udah mandi kan?"
"Udah kak
" Pake pakaian lengkap terus ya dek. Pake kaos kaki dan manset juga
"Loh memangnya kenapa kak? Opi gak da rencana kemana-mana lagi hari ini. Capek.
"Gak kenapa2 , kan gak ada salahnya bersiap-siap.
Meskipun heran dan rada merinding. Tapi entah kenapa akupun menurut saja. Saat hendak masuk kamar aku sempat melihat serombongan burung di langit yang terbang menuju satu arah semuanya. Saat itu tidak ada feeling apapun,tapi memang ada sedikit rasa gelisah.
Maka Sebelum mulai sarapan nasi gurih, akupun segera memakai pakaian lengkap seperti hendak bepergian, mulai dari baju kaos panjang selutut, rok lebar lengkap dengan celana panjang didalamnya. kerudung kaos yang panjang (padahal biasanya aku gak pernah bepergian pakai kerudung kaos, belakangan aku baru mengerti kerudung kaos inilah yang membuatku tetap terjaga aurat meski saat terseret arus air) lengkap dengan Ciput, lalu tak ketinggalan manset tangan dan kaos kaki.
Lalu, membuka bungkusan nasi, dan bersiap untuk makan.
Baru masuk sesuap, tiba-tiba lantai pun bergetar lagi.
Kali ini bergetar nya jauh lebih hebat dari yang tadi.
Allahu Akbar...!!!
Allahu Akbar...!!!
Laailaahaillallah.... !!!
Ya Allah.... ya Allah...
Berhamburan kami semua berlari keluar kamar sambil ketakutan menyebut asma Allah.
Lalu terdengar suara dentuman seperti suara bom yang sangat keras sekali. (Sampai skrg aku masih blm mengerti suara dentuman apakah itu?)
Dan suara sangat gaduh di sepanjang jalan depan kosan.
Tanpa dikomando pun maka kami semua berlari sekuat tenaga. Berlari tanpa tahu harus kemana.
Sepanjang jalan macet tak bisa bergerak.
Suara klakson mobil bersahut-sahutan.
Suara teriakan orang yang semuanya ingin berlari cepat
Suara tangisan bayi yang kebingungan
Suara jeritan anak kecil yang ketakutan
Lalu ditengah kepanikan terdengar dari jauh teriakan:
"AIR..... !!! AIR....!!! AIR....!!!!
"AIR..... !!! AIR....!!! AIR....!!!!
Lariiiiiiii......
Laailaahaillallah....
Allahu Akbar...
Entah darimana air berasal. Mengingat kos kami terletak lumayan jauh dari laut.
Air yang datang warnanya hitam dan entah kenapa terasa nya PANAS!! Menghempas kami semua yang tadi sedang berlarian tak tentu arah di jalan ini..
Mobil, pohon, manusia dan bangunan rumah semuanya hancur dalam sekejap.
Lalu tiba-tiba terasa nyeri yang teramat hebat di bagian kaki dan tanganku , Allahu...ternyata kaki dan tanganku terjepit balok dari bangunan rumah yang hancur, darah segar terlihat mengalir dari jari2 tanganku, sekuat tenaga aku berusaha menarik kakiku, Alhamdulillah berhasil, namun tanganku begitu susah untuk ditarik, walau sekuat tenaga aku menariknya namun sia-sia, tiga buah jari tangan kiri ku benar2 terhimpit balok besar, aku berteriak panik meminta bantuan namun tidak ada yang mau membantu, semua sibuk menyelamatkan diri sendiri. Semua berteriak-teriak meminta bantuan.
Sesaat aku sempat merasa semua menghitam... sepersekian detik terasa semua kosong dan hening ...
Rasanya begitu ringan tubuh ini melayang.
Sayup-sayup terdengar kembali lantunan QS 'Abasa yang kami bacakan tadi malam:
"Yauma yafirrul mar u min akhiiih...
Wa ummihi wa abiiih...
Wa shahibatihi yunjih...
Allah.... Allah ...
Jika ini adalah akhir kehidupanku..  maka insyaAllah aku siap ya Allah...
Aku bersyukur jika ini adalah akhir kehidupanku karena baru saja tadi malam kami memuhasabah diri ini ...
Allah... Allah...
Matikan lah aku dalam akhir yang baik...
Matikanlah aku dalam keadaan syahid dijalanMu ya Allah....
Tiba-tiba aku tersentak, lengkingan suara dan gemuruh air yang datang masih terus terdengar disekelilingku
Aku sadar,
Tidak....aku tidak boleh menyerah, aku harus berusaha lagi.
Bismillahirrahmanirrahim ya Allah tolong aku ya Allah....
Allahu Akbar !!!! Sambil menjeritkan asma Allah akupun sekuat tenaga mengangkat balok yang  menghimpit jari tanganku, Rabbi....tak terbendung air mata mengalir menahan sakit yang teramat sangat dibagikan tulang jari, terasa remuk semua tulang jariku.
Sekali lagi aku terus berusaha, tepat disaat gelombang air yang datang kembali , kali ini lebih besar, membuatku megap-megap mencapai apa yang bisa ku pegang agar tidak tenggelam, dan Alhamdulillah akhirnya dengan bantuan gelombang air yang datang tadi sedikit membantu balok itu bergoyang hingga akhirnya akupun sekuat tenaga menarik jari yang terjepit tadi.
Tak ingin membuang waktu akupun bergegas meraih apa yang bisa menjadi pegangan untuk mencapai sebuah atap rumah 2lantai yang masih kokoh berdiri.
Allahumma....
Akhirnya akupun terdampar disini, disebuah atap lantai dua  yang ternyata tidak begitu jauh dari rumah kos kami.
Gempa masih terasa terus terjadi.
Tangisan dan jeritan masih terus terdengar.
Walau Gelombang air sudah tidak datang lagi.
Namun berganti dengan gelombang mayat yang mengapung yang terus berjalan melewati atap tempat kami berdiri.
Aku menjerit kecil saat melihat sesosok mayat berada tidak jauh dari atap kami, mayat itu dalam keadaan nyaris terbuka semua auratnya karena pakaian nya tercabik-cabik.
Lalu aku melihat keadaan orang-orang yang masih selamat  yang berada di sekelilingku, diantar mereka ada seorang akhawat yang tertunduk malu sambil membungkus dirinya dengan kain apa saja yang diperolehnyaa. Mungkin saat gempa terjadi tadi, kakak ini sedang mandi pagi, sehingga ia lari hanya dalam keadaan menggunakan handuk saja.
Juga ada adik kelas ku yang terpaksa menggunakan gorden sbg penutup rambutnya krn tadi ia lari tanpa sempat mengambil kerudung.
Akupun selintas melihat keadaanku, Alhamdulillah pakaian masih utuh semua, nyaris tidak ada yang robek bahkan tidak tersingkap sedikit pun.
Kaos kaki, manset tangan, jilbab hingga Ciput semua masih dalam posisi semula. Padahal aku juga tadi ikut terlempar, tenggelam dan terjepit balok.
Aku bersyukur karena tadi sudah diingatkan oleh k'yasmin utk bersiap-siap dengan Pakaian lengkap.
Ah entah dmn ka yasmin berada sekarang. Terakhir tadi dia masih santai memotong sayur.
Air mata terus mengalir turun, mencoba mencari tahu apa sebenarnya yang sedang terjadi. Bagaimana kondisi keluarga ku di kampung sana.  Refleks
Aku meraba saku rok, MasyaAllah ternyata ada handphone, kunci motor dan beberapa lembar uang kertas disakuku. Akupun membuka hape dan berharap semoga masih bisa digunakan, namun sayang beberapa detik setelah aku membuka batre nya terdengar suara letupan kecil dan blasss..... keluar asap. Hape nokia kesayangan ku akhirnya syahid saat tsunami.
Beberapa menit berada di atap ini, aku tidak tahu ini sudah jam brp.
Tapi sepertinya ini sudah masuk waktu Zuhur. Akupun tayammum dan shalat dengan posisi seadanya diatap rumah tsb. Selesai shalat seorang adik kelasku mendekati ku dan memelukku kuat sambil terisak-isak menangis
"Kakaaaaaak..... aku janji kak...aku janji nanti gak akan malas shalat lagi... aku janji kak nanti gak akan pacaran lagi. Aku janji akan pakai jilbab yang rapi... aku janji akan nurut kalau kk ajak ikut pengajian lagi. Huhuhu ampuuuun ya Allah....." si adik ini terus saja menangis sambil berceracau tidak jelas.
Tangisan nya membuat suasana yang sempat hening sesaat berubah kembali menjadi suara tangisan dan jeritan yang bersahut-sahutan.
Semuanya menangis dan menjerit memohon ampunan Allah.
Allah....
Inilah kami ya Allah...
Begitu ketakutan nya kami
Begitu lemahnya kami ya Allah...
Sayup-sayup terdengar kembali lantunan QS 'Abasa yang kami bacakan tadi malam:
"Yauma yafirrul mar u min akhiiih...
Wa ummihi wa abiiih...
Wa shahibatihi yunjih...
Allah.... Allah ...
Jika ini adalah akhir kehidupanku..
Tolong matikan lah aku dalam akhir yang baik ya Rabb...
Dan matikanlah aku dalam keadaan syahid dijalanMu...
.
.
.
Kini 13 tahun sudah berlalu. Musibah saat Tsunami akan terus membekas kuat diingatan ini. Bahkan suara jeritan2 itu pun terasa masih sangat jelas di telinga ini.
Alfatihah untuk adik bungsuku, sahabat shalih shalihah,  karib kerabat, dan semua yang insyaAllah syahid dalam musibah tsunami Aceh 26 Desember 2004. Allahummaghfirlahum warhamhum waafihiwafuanhum.


EmoticonEmoticon